Ditulis oleh: Unknown Tuesday, March 20, 2012



Meraba seperti angin, melihat seperti matahari.
Penuh kelembutan dan pengayoman. Seperti bapak yang meredam amarah demi anak semata wayangnya.
Berbicara dengan lamban, semata agar kata-kata tersampaikan dengan mapan.
Antara ungkapan kegelisahan, dengan pembingkaian harapan.

Lima menit seperti lima tahun dengan musim kering tak kunjung habis.
Engkau bisa terus menyisir rambut, memotong kuku, tapi tak banyak yang berubah.
Rumah-rumah tetaplah kayu beratap seng. Dan suara anak-anak menangis masih tetap sama.
Di mana pasangan hidup yang dulu menjanjikanmu seuntai selendang merah itu?

Ini waktumu menulis cerita. Kepada seorang bocah, atau tetua yang serakah.
Lipat lututmu untuk mendengar, lalu angkat tanganmu ketika berbicara.
Kau adalah gadis, tapi kebulatan perasaanmu tak kalah bengis.
Positiva, bagian frasa yang akan membantumu bersuara.

Apa yang kau lihat?
Apakah jalan-jalan itu tetap sama, atau kini lebih berpasir dan becek di kala hujan?
Catatlah semua itu di dalam buku kecilmu.
Sampaikan pada dunia jejak-jejak kaki yang kau tinggalkan dan yang dihapus orang.
Buatlah mereka berpikir bahwa kehidupan ini tak bisa lebih indah lagi.
Antara suara-suara, temukan dirimu.

Gadis, kau gemulai dalam keteguhan.

**

Sleman, 20 Maret 2012.

Ilustrasi: abctomed.wordpress.com.

2 Komentar
Tweet
Komentar FB

2 comments | Baca dan Komentari

  1. "Gadis, kau gemulai dalam keteguhan"

    wew,,setuju bgt

    ReplyDelete

Baca juga:

Memuat ...

Lingkar baca

Linikala

- Copyright © BUKU FANDY - Hak cipta dilindungi Undang-undang. - Desain Blogger oleh Johanes Djogan -