Ditulis oleh: Unknown Saturday, May 11, 2013



Saya suka iklannya Nike edisi Olimpiade London 2012 lalu bertajuk "Go Nathan". Di samping penyajian sinematografinya yang sederhana namun mengena, iklan Nike yang  masuk ke dalam seri Find Your Greatness ini berhasil memikat saya sebagai penonton dengan pesan moralnya yang sangat menyindir. "Kau harusnya malu karena malas berolahraga," begitu kira-kira maksud pesan yang ingin disampaikan.

Video iklan "Go Nathan" bertengger sebagai satu dari iklan terbaik berdasarkan kajian mdgadvertising.com dan InsideTV.com. Pemenang lainnya di antaranya adalah komersial "Three Pigs" yang mengampanyekan peran media harian terbesar Inggris The Guardian dalam merespon era jurnalisme hibrida dan media sosial, juga Google Chrome "Jesse Time" yang menginklankan produk terintegrasi perusahaan Silicon Valley dan penguasa peramban terkuat saat ini.
Iklan bagian penting dari media. Bahkan, iklan adalah media itu sendiri, dan media adalah iklan itu sendiri. Jika logika kita tentang pesan-pesan dalam iklan seharusnya menyampaikan sesuatu, maka sesuatu itu mestinya yang kita butuhkan, atau setidaknya yang kita ingin bicarakan. Anda boleh bertanya mengapa mendapatkan jejeran gambar bersuara dengan aliran air di bawah ban mobil Crossover yang melintas di sungai dangkal sedangkan Anda tinggal di hutan beton Hongkong. Atau, perempuan berpakaian serbaminim menari bergelantungan di satu tiang padahal iklannya membicarakan satu pak rokok tanpa filter? Mengapa iklan-iklan televisi seperti itu masuk ke rumah?
Dengan persaingan bisnis yang dipelopori media baru era sekarang ini, iklan yang penuh dengan janji dan diskon bombastis tak lagi jadi popular bagi masyarakat konsumen. Pemirsa akan mengapresiasi iklan-iklan yang sederhana, brilian, menggunakan sudut pandang baru dan memberi tahu hal-hal yang belum pernah diketahui sebelumnya. Nah di Indonesia mungkin sudah ada beberapa iklan yang merujuk ke sana. Bukan iklan-iklan sabun kesehatan yang kebanyakan masih kolot dengan menampilkan orang berjas putih atau dramatisasi grafis kuman meliuk-liuk.

Iklan rokok masih dominasi kreativitas balutan skenario penampilannya. Suguhannya jadi bagus justru karena dilarang menggamblangkan ajakan membeli produk tembakau tertentu. Kemudian ada beberapa iklan, katakan saja maskapai penerbangan yang merangkaikan visi-misi pariwisata Indonesia sehingga Garuda Indonesia dan Lion Air bersaing sebagai iklan paling menarik. Untuk produk-produk nonbarang, iklan jasa pengiriman mungkin bisa lebih dipahami, atau aplikasi perangkat genggam yang dijual gratis. Pemirsa kita memang senang dengan hal-hal baru.
Tapi entah mengapa, masih banyak juga iklan yang gayanya masih sama seperti televisi 90-an.
-------
Terkait: Iklan Terbaik 

Apa pendapatmu?

Berlangganan Tulisan | Berlangganan Komentar

Baca juga:

Memuat ...

Lingkar baca

Linikala

- Copyright © BUKU FANDY - Hak cipta dilindungi Undang-undang. - Desain Blogger oleh Johanes Djogan -