Ditulis oleh: Unknown Tuesday, May 14, 2013



Pernah mengalami kejadian ini: melihat kertas kosong dan menggenggam pulpen tapi tangan justru bergetar? Tidak tahu apa yang bisa ditulis dan cenderung takut hasil tulisan nantinya akan dicela orang? Atau, membuka aplikasi Microsoft Word kemudian jari-jemari tiba-tiba tak bisa mengetikkan apapun padahal sebelumnya ide bertebaran di dalam pikiran?

Meski pada kenyataannya nama-nama fobia berkembang/bertambah seiring praktis dan kejadian yang dialami orang-orang di belahan dunia, ada beberapa fobia yang unik. Kasusnya jarang, sejarah tidak banyak mencatat kejadian, tapi masih dirasakan oleh banyak orang. Grafofobia, misalnya, yang adalah ketakutan irasional pada tulisan, saat ini sering kali saya alami tiba-tiba.

Dalam pengertiannya, graphophobia (latin grapho = tulisan) adalah jenis fobia berupa takut berlebihan dan tak irasional pada tulisan tangan; takut melakukan kegiatan menulis di depan umum. Beberapa catatan tidak resmi menyebut-nyebut Skotlandia dan beberapa negara di Skandinavia jadi penderita awal dari jenis fobia ini, seiring revolusi industri yang meningkatkan kritik terhadap kaum seniman.

Meski bahasa aslinya merujuk jenis ketakutan ini pada praktis penulisan tangan sebagaimana lazim terjadi pada abad pertengahan, di masa kini grafofobia juga dikaitkan dengan proses produksi tulisan lainnya, katakan saja mengetik dan atau mencetak ataupun mengecat tulisan. 

Kebanyakan orang dengan gejala grafofobia merasa takut tulisannya diperhatikan saat ia mencoretkan pena, takut dikritik berlebihan, atau takut tulisannya berakibat keliru. Sebagian kasus menghubungkan juga grafofobia dengan ketakutan seseorang bahwa tulisannya tidak akan pernah jadi. Alasan praktis kenapa grafofobia digolongkan jenis fobia sosial.

Terkait gambaran terakhir itu, saya pribadi beberapa kali mengalami. Saat sudah menulis dua puluh halaman naskah, tiba-tiba ide hilang. Yang kemudian datang adalah pikiran tidak masuk akal bahwa "tulisan ini tidak akan berhasil"; "ada yang salah dengan naskah ini"; atau "tindakan saya keliru." Kemudian tulisan itu benar-benar tidak selesai hingga sekarang. Tersimpan begitu saja di hard drive komputer.

Penyebab munculnya gejala grafofobia diduga kuat berhubungan dengan peristiwa tidak mengenakkan atau berisifat traumatis di masa lalu. Tulisan tangan pernah dicela orang, atau berakibat fatal hingga sang penulis merasa bersalah, takut dan terancam keselamatannya. Artinya, grafofobia tidak akan muncul begitu saja tanpa sebab. Saya pernah dikritik soal beberapa tulisan opini dan memang waktu itu sempat saya berpikir untuk berhenti menulis. Ya syukurnya karena ketakutan itu tidak berlangsung lama.

Di Indonesia saya kira belum ada catatan resmi soal grafofobia dan para penulis. Tapi meski ada yang sangsi, saya kira tetap kita yang menggeluti dunia kepenulisan pernah mengalami ini. Situs common-phobias.com yang saya baca secara spesifik memberikan gejala fobia awal berupa mental block selama proses kepenulisan. Cenderung menginginkan tulisan cepat selesai sehingga "menghilang", dan hal-hal lain yang berhubungan dengan melepaskan diri dari beban penulisan.

Apakah pembaca bisa mengalami grafofobia?

Jawabannya relatif. Karena gejala grafofobia sebetulnya lebih pada reaksi pikiran dan saraf yang terlibat langsung dalam kegiatan tulis-menulis. Tangan dan jari-jari yang bergetar memegang pulpen, berkeringat di atas kertas, jantung berdegup kencang dan tidak beraturan, napas terengah-engah serta pikiran tidak fokus dan cenderung panik. Orang yang sekadar melihat tulisan kemungkinan tidak akan mengalami gejala-gejala ini secara simultan.

Sebagaimana jenis fobia lainnya, grafofobia bisa disembuhkan dengan terapi. Bisa dengan hypnotherapy, Neuro-language Programming dan terapi fisik lain yang berhubungan dengan pengaturan napas, pengalihan pikiran dan pengendalian emosi. Meski para penulis bisa jadi penderita penting untuk jenis fobia ini, di banyak kasus pengendalian diri dan latihan progresif adalah tindakan terbaik.

Bagaimanapun, mental block bisa dihilangkan dengan latihan pikiran. Berpikir bahwa "kalau saya tidak menulis, maka orang lain tidak akan membaca idenya."

----------------------
Ilustrasi: Flickr.

Apa pendapatmu?

Berlangganan Tulisan | Berlangganan Komentar

Baca juga:

Memuat ...

Lingkar baca

Linikala

- Copyright © BUKU FANDY - Hak cipta dilindungi Undang-undang. - Desain Blogger oleh Johanes Djogan -