Ditulis oleh: Unknown Monday, June 10, 2013



Andaikata saya punya keranjang, mungkin sudah akan terisi penuh dengan kertas-kertas kecil yang yang dicoreti sejak tiga tahun lalu. Menjadi seorang pengetik, penulis, tukang bikin artikel, ataupun pencurah hati lewat pena dan MiWord akan mengakrabkanmu dengan bentuk kecil alat-alat yang memotivasi.

Bagi saya, catatan-catatan di kertas-kertas warna kecil adalah bentuk sel yang akan ada saat saya ingin membuat sebuah jaringan. Bisa bentuk cerpen, puisi, artikel popular untuk portal berita, ataupun naskah panjang seperti cerita bersambung. Baru saja saya melihat sebuah label harga yang belum dicopot di sebuah sendok dapur yang kami beli tiga atau empat bulan yang lalu. Harga yang di situ benar-benar jelas, dan saya berpikir, "Wah, ini brilian!"

Karena naskah sedang bertumbuh (ya, perlahan-lahan kadang terseok-seok) maka saya memerlukan banyak ide untuk sentuhan-sentuhan kecil yang mungkin bisa jadi hal manis di dalam cerita. Kemudian hasilnya menyenangkan. Saya bisa berjalan di depan sebuah toko kelontong di tengah kota dan mengambil ide bahwa sebutir beras mungkin akan jadi menarik di dalam sebuah cerpen. 

Atau, saat saya nyaris bosan menunggu lampu merah yang hitungannya lebih dari 100 detik, di detik ke 48 hitung mundur mungkin saya akan menopang dagu. Kemudian hanya butuh momen tepat untuk berpikir bahwa lampu merah dan hitungan yang membosankannya itu akan jadi menarik sebagai ide cerita. Ya ... saya sering sih melihat itu di video-video program dokumenter. Namun makin ke sini rasanya sentuhan sentuhan seni semacam itu akan tetap menarik.

Kertas-kertas catatan kecil saya banyak tertempel di dinding. Itu akan mengingatkan pada rekonstruksi cerita yang saya bangun, seperti apa rencana awalnya dan apa saja (yang ini biasanya banya) hal-hal yang terabaikan dalam proses yang akhirnya saya mulai itu.

Apakah setiap proyek kepenulisan, atau apapun, memerlukan senjata-senjata kecil. Saya dengan yakin akan menjawab "Ya". Meski gaya setiap orang berbeda, tapi kecenderungan pola pikir kreatif selalu memerlukan senjata yang bisa memberikan gambaran utuh atau kerangka pikiran yang akan disusun. Penulis Ernest Hemingway dalam banyak dokumentasi menggambarkan dirinya sebagai orang yang tidak banyak menggunakan kertas gambar di dalam menyusun naskah-naskah. Ia hanya mengandalkan memori semua kejadian yang ia lewati hari itu, dan mengetiknya. Akan tetapi, ide itu sudah tertuang sebelumnya di dalam catatan tebal yang selalu ia bawa ke manapun ia pergi. (Moveable Feast, 1964)

Tak ada karya sempurna

Karena tak pernah ada karya yang benar-benar sempurna, saya percaya bahwa justru catatan-catatan kecil yang kita bawa setiap hari itu akan jadi alat ukur sejauh mana kita memperhatikan detil. Catatan bisa jadi senjata di awal, atau di akhir proyek (reviewing tools). Ini bisa jadi alat koreksi, ukur akurasi serta dokumentasi lain yang bisa jadi bahan untuk proyek lain di kesempatan berikutnya. 
Beberapa waktu yang lalu saya membaca artikel menarik di The Guardian yang menampilkan slide foto dari puluhan penulis dunia yang mengoreksi (dengan tulisan tangan) hasil cetakan buku edisi pertama mereka. Dari J.K. Rowling, Yann Martel untuk Life of Pi sampai Hilary Mantel menulis dengan pena sendiri hal-hal yang sepertinya "ketinggalan" atau "seharusnya seperti ini" di dalam buku-buku tersebut. Beberapa buku sudah terjual lewat lelang di Sotheby's di London dan jadi awal dari tren baru kepenulisan yang mengukir sejarah.

Bagi pemula, ceritanya tentu bisa berbeda. Bagi saya sendiri, catatan-catatan kecil di beberapa kasus tak selalu soal ide. Itu bisa saja mengandung perasaan, suasana hati, pengisi waktu senggang ataupun utang terhadap lembar-lembar kertas yang kosong. Dan adalah menyenangkan juga untuk melestarikan itu. Ibarat bunga-bunga kecil yang menutupi taman perlahan-lahan. Itu menyenangkan di satu sisi, karena menjaga pikiran tetap sibuk saat saya berada di antara orang-orang yang justru ingin mengosongkan pikiran-pikiran mereka.

Apa pendapatmu?

Berlangganan Tulisan | Berlangganan Komentar

Baca juga:

Memuat ...

Lingkar baca

Linikala

- Copyright © BUKU FANDY - Hak cipta dilindungi Undang-undang. - Desain Blogger oleh Johanes Djogan -