Sabtu, 12 April 2025 | 6:05 PM
Ditulis oleh: Unknown Tuesday, October 23, 2012






Tentu saja ini separuh teknis separuh intuitif, sifatnya. Karena telah lama disepakati bahwa menulis fiksi berarti mengelola imajinasi, bahkan berbagai karya foto pun bisa dijadikan inpirasi dan sumber cerita yang kaya nilai. 

Seminggu terakhir saya sedang gandrung dengan blog satu ini: The Fiction Femme Fatale, sebuah blog sederhana berbasis layanan gratis ala Blogspot. Para penulisnya adalah empat perempuan dengan berbagai latar (dituliskan di bagian about) dan para pengikutnya pun hampir semuanya adalah perempuan. Blog ini, sesuai namanya, menampung cerita-cerita fiksi dari keempat penulis yang berbeda. Cerita mini dan cerita pendek mendominasi isinya. Yang menarik dan akan saya singgung di sini bukanlah otentikasi cerita-ceritanya, tapi cara mereka mengelola sudut pandang sebagai sumber informasi.

Mereka punya slogan "Setiap gambar berarti seribu kata. Dalam kasus kami, empat ribu." yang ditampilkan sebagai deskripsi di bawah judul blog. Secara teknis, pada akhirnya mereka selalu menayangkan tulisan-tulisan yang diawali oleh cerita sebuah gambar foto. Foto yang telah mereka pilih dari berbagai sumber kemudian dipertanggung jawabkan penggunaannya dengan balutan tulisan fiksi keren berbagai genre. Hasilnya, menakjubkan. Beberapa cerita terkesan sederhana, tidak terlalu panjang, dan sangat mewakili gambarnya. Ini, adalah cara efektif untuk mengatasi blok ide dalam menulis.

Foto, apapun jenis ceritanya, tentu punya nilai estetika dan proporsi teknis sendiri ditinjau dari teori fotografi. Sering kali memang ini tak banyak digugat karena karya foto sejatinya adalah ekspresi bebas yang nyaris tanpa aturan. Nah, bagi penulis fiksi, mengulik ide cerita dari segaris gambar tentu bisa mudah bisa juga sulit. Bagi saya, inti awal dari teknik ini adalah mengambil sudut pandang. Entah, jika dalah gambar ilustrasi saya di atas yang berjudul teduh tergambar payung kertas dan lantai kotak, ide cerita sebaris itu pun bisa saya jadikan latar sebuah cerita romantis dengan kanopi di pinggir danau atau sebuah cerita kriminal dengan latar penjara berlantai tiga.

Karena gambar dianggap mengandung seribu kata, maka paling tidak ada limaratus kata yang bisa diketik dari mengeksplorasi nilai sebuah gambar. Bukankah tulisan-tulisan esai foto atau bahkan ulasan teknis pengambilan gambar dari hasil sebuah foto juga didasarkan pada kemampuan penulis mempelajari seluk-beluk sebuah gambar? Wah, saya jadi ingat kenangan almarhum Julian Sihombing dengan fotonya mahasiswi tergeletak di pinggir jalan Jakarta pada tragedi Semanggi 1998. Foto yang sangat "berbicara". Entah sudah ada atau belum penulis yang berani menulis sesuatu tentang foto itu, fiksi atau fakta.

Menulis dari sebuah foto tentu ada keseruannya tersendiri. Satu tulisan ini tidak akan selesai membahas episode panjangnya. Mungkin juga satu pertemuan kelas fotografi atau literasi tidak akan selesai pada kesimpulannya, sebelum setiap penulis mencoba peruntungannya sendiri, mengumpulkan keberanian, dan memilih sebuah foto untuk digubah menjadi tulisan untuk kemudian menautkan makna berlipat-lipat.


2 Komentar
Tweet
Komentar FB

2 comments | Baca dan Komentari

  1. Wah, tantangan menarik, nih! Bisa aja temen yg hobi fotografi buat kolaborasi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener, Mbak Vira. Teman-teman Kampretos Kompasiana punya banyak foto yang bisa dipinjam buat ide fiksi. Keren-keren itu.

      Mau coba kolaborasi juga bisa saja. :)

      Delete

Baca juga:

  • Menulis itu Melabrak!
    01/03/2012 - 0 komentar
    Saat menulis ide kontemplatif seperti ini, saya seringnya tersenyum-senyum sendiri. Bahwa "Menulis itu…
  • Antikorupsi Cara Indonesia
    11/10/2012 - 0 komentar
    Apa yang dilakukan publik Twitter Indonesia dengan tagar #SaveKPK dan #PresidenKeMana sejak 5 Oktober…
  • Grafofobia: Pernah Takut Menulis?
    14/05/2013 - 0 komentar
    Pernah mengalami kejadian ini: melihat kertas kosong dan menggenggam pulpen tapi tangan justru…
Memuat ...

Lingkar baca

Linikala

- Copyright © 2025 BUKU FANDY - Hak cipta dilindungi Undang-undang. - Desain Blogger oleh Johanes Djogan -