- Beranda »
- Senyuman Seorang Bidan
Ditulis oleh: Unknown
Thursday, October 18, 2012
*
Bidan yang duduk termangu.
Matanya lesu dan lidahnya kelu.
Entah bagaimana ia menerima senyuman atasannya yang marah.
Atau entah ia harus menerima baris ayat
… bahwa manusia memang serakah.
*
Lingkungan ini ibarat baris-baris senyuman, pikirnya.
Nampak manis di depan tapi curang penuh misteri di belakangnya.
Saling colek dan saling sikut tanpa dinyana.
Senyum bukan semata karena sumpah
tapi janji pada bumi manusia soal abstraksi yang indah.
*
Windu berganti dasawarsa.
Si bidan masih percaya.
Bahwa baris-baris senyuman ini akan membela hatinya yang gundah.
Menceritakan mimpi negeri antah berantah
… pada tangisnya si bayi merah.
*
Senyuman adalah soal percaya-tak percaya.
Soal rasa.
Ia tak bisa ditebus dengan rupiah.
Sekali senyuman hilang, mungkin hati tetiba patah.
*
Senyum karena iba.
Menunjukkan siapa kita.
Mengeruk tanah yang sama kemudian menengadah.
Membawa perasaan kepada Yang mengijabah.
*
Kemudian bidan kembali melayani manusia.
Peradaban banyak mengajarnya wibawa.
Meski keyakinannya tak membawa hatinya pindah,
Ia masih menyimpan kata “entah”.
**
Sleman, 21 September 2012.
Tentang Penulis