Ditulis oleh: Unknown Wednesday, July 3, 2013



Jadi, tetiba berpikir berapa sebenarnya kecepatan berproses otak saya ini. Ha ha ha.... Mengira-ngira kemampuan kognitif diri sendiri tidak ada salahnya kan. Pada medio 2009 lalu saya sempat mengikuti tes TOEFL (Test of English as Foregin Language) di sebuah ruangan yang berisi hanya 20 orang.
Waktu itu pertama kali saya mengikuti tes semacam itu dengan kondisi ruangan yang benar-benar tertutup, kualitas audio (dipakai untuk jenis soal-soal mendengarkan) bak bioskop dan pengawasan yang serbaketat. Saya berpikir bagaimana menyelesaikan 100 soal dalam waktu 90 + 10 menit saja. Yang berarti satu soal harus selesai dalam waktu kurang dari 1 menit, mengestimasi kelebihan waktu dipakai untuk koreksi dan lain-lain. Dan hasilnya, seminggu setelah tes itu skor saya keluar, cukup memuaskan. 

Tiga bulan sebelum tes yang satu itu, saya dikualifikasi untuk pendaftaran staf bisnis di sebuah  badan usaha. Tes yang diperlukan akan menguji kemampuan psikologi (psikotes), dan (Sebagaimana kalian ketahui kalau psikotes, pasti bikin otak panas). Di bagian terakhir tes --rangkaian soalnya terdiri dari empat bagian: gambar, aritmatika, dll.-- kami peserta tes diminta untuk menyelesaikan perhitungan cepat susunan angka dalam kolom-kolom sehingga pada bagian baris paling bawah diperoleh angka hasil penjumlahan atau pengurangan dengan satu digit terakhirnya. Mungkin kalian masih ingat.

Waktu untuk tes sesi terakhir ini hampir nol, karena soal didiktekan dan peserta harus menyimak sambil menghitung operasi matematika sederhana itu sendiri. Setelah penjumlahan kolom 1 selesai, pendikte langsung menyebutkan kolom dua. Jadi kalau berpikir lambat untuk penjumlahan kolom sebelumnya, waktu akan terpotong untuk bagian awal kolom kedua, dan seterusnya. Waktu itu, saya menyisakan tiga kolom  terakhir (dari sekitar 30 kolom) tidak selesai sampai baris terbawah. Tapi alhamdulillah-nya lolos juga. Iya, psikotes bukan soal skor, melainkan pemetaan kemampuan.

Saya sering kali mengira-ngira bagaimana kecepatan berpikir otak saya. Karena terkadang, sebagai pekerja kreatif, saya merasa lambat untuk memproses dua hal dalam satu waktu. Sebagai laki-laki tentu saja saya percaya "mitos lama" bahwa kaum perempuan lebih bisa multitasking ketimbang kaum kami. Tapi beberapa studi yang saya baca mengemukakan fakta bahwa sebetulnya kecepatan dan kekuatan otak manusia bisa berbeda-beda tergantung banyak hal yang memengaruhi cara respon terhadap sesuatu.

Saya termasuk orang yang percaya bahwa otak adalah sistem operasi berupa ruangan brankas yang berisi folder-folder dan tempat sampah. Mirip gambaran operasi Windows pada komputer. Ketika ada hal-hal yang ingin diproses, akan dikeluarkan dari brankas paling dalam (ini bagian memori jangka pendek/jangka panjang, alam atas sadar, dan pencitraan indera), kemudian diproses di dalam folder untuk dicitrakan kembali oleh indera. Ini yang mungkin jadi fase ekspresi wajah, gerakan mata, proses berpikir, ataupun menjawab soal seperti yang terjadi di dua tes yang pernah saya lakoni itu. 
Semua hal yang tidak perlu diproses, harus dimasukkan kembali ke brankas, atau di-"lempar" ke tempat pendauran ulang/tempat sampah memori. Saya percaya bahwa kemampuan menghilangkan memori dan bayangan-bayangan dari dalam otak perlu dilakukan untuk menjaga keseimbangan berpikir. 

Kekuatan otak adalah hal yang sangat sangat bisa dikendalikan, dibentuk dan dilunakkan semampu kita. Itu keyakinan saya.

Di pelajaran hipnoterapi singkat oleh beberapa mentor saya tahun lalu saya mempelajari teknik Garis Imajiner, satu dari banyak teknik pengendalian pikiran lainnya yang berguna bagi manajemen diri. Teknik ini bisa kita lakukan ketika harus memisah-misahkan pikiran ini dan itu, dan menggunakan hanya pikiran yang penting saja berkaitan dengan suatu kejadian atau niata. 

Misalnya, ketika Anda seorang pekerja kantoran yang penuh dengan pikiran-pikiran soal kontrak kerjasama, neraca penjualan dan krisis sumber daya manusia, tapi sekaligus seorang ayah dari dua anak yang bertumbuh dan seorang isteri yang penyayang, Anda tidak bisa membawa semua masalah kantor ke rumah.

Maka Anda perlu Garis Imajiner ini untuk menahan semua hal kantor agar ketika Anda bertemu dengan Istri dan anak-anak, Anda bisa bercengkerama dengan topik-topik seputar "bagaimana di sekolah", "atap yang bocor" atau "liburan hari minggu". Garis imajiner bisa ditempatkan di mana saja Anda ingin menyimpan pikiran-pikiran lalu dan "berpindah" ke pikrian-pikiran baru. Bisa dipasang di garis pagar depan rumah, pintu mobil, atau bahkan pintu masuk rumah. Ketika kaki kanan Anda melewati garis imajiner ini, pikiran langsung "klik" dan semua respon indera berubah. Saya beberapa kali mempraktikkan ini dan berhasil. Tetapi secara tidak sadar, setiap orang pernah melakukannya. Hal yang sama terjadi ketika Anda meninggalkan masalah-masalah di rumah kemudian masuk ke pintu kantor. Pikiran akan berpindah seutuhnya ke masalah-masalah kantor. Tanya para selebritas atau bintang panggung, bagaimana mereka melakukannya. :D

Sistem otak manusia, yang saya percayai, masih lebih canggih dari komputer. Ilmuwan Tom Landauer melalui papernya tahun 1986 berjudul "How Much Do People Remember? Some Estimates of the Quantity of Learned Information in Long-Term Memory" mengungkapkan fakta bahwa otak manusia bisa menampung hal 1 milyar lebih banyak dari yang dikira selama ini. Dan jika itu dimatematikakan, setara dengan 4 x 10^8 bit ukuran komputer. Sekadar pembandingan saja, sebuah CPU generasi terakhir (2012) bisa menampung memori sebesar 60.000 megabit atau 60 gigabit. Ini berarti, sebuah otak manusia rata-rata bisa menampung sebesar 1.666 kali lebih banyak daripada sebuah hard disk komputer.

Berat otak manusia yang rata-rata 1,5 kilogram itu berisi 1.350 cc cairan, otot, dan saraf yang dibentuk oleh sekitar 1 triliun sel. Dari keseluruhan sel, 100 miliar berupa sel aktif dan sekitar 900 sel penyangga. Kemampuan yang bisa terlaksana dengan komposisi seperti ini, menurut para ilmuwan, masih belum terkalahkan. Seorang manusia yang sedikit di atas rata-rata (katakan saja artinya IQ-nya di atas 110) konon bisa membaca, merespon dengan saraf, sekaligus merepresentasikan citra visual itu ke dalam memori di otaknya hanya dalam waktu sekitar 300-500 milisekon. Betapa ajaib bukan? 

Cara kerja sama terjadi ketika kamu berhasil menghindari percikan air dari ban mobil yang berlalu di pinggir jalan, atau menoleh saat mendengar namamu dipanggil. Seorang penulis yang mengetikkan berbaris-baris kalimat secara langsung tanpa terencana memiliki kemampuan kelola memori sekitar 200 milisekon. 

Sebuah studi oleh Rosanne Bane dari cwteaching.com mengklasifikasikan rintangan penulis berkenaan dengan kerja dan fungsi otaknya dan yang paling mengganggu. Dan dari 350 penulis profesional yang dijadikan sampel, terhitung rintangan-rintangan itu antara lain distraksi/pengalih (94%), menunda (84%), inertia/sulit memulai (84%), kurang percaya diri/takut (70%), dan tidak ada ide/writer's block (67%). Hal-hal lain termasuk tidak punya waktu cukup untuk menulis, terlalu perfeksionis, dan memiliki gangguan saat harus duduk lama di depan laptop.
 Rosanne menambahkan solusi untuk masalah-masalah di atas antara lain meditasi, "lari sejenak" dalam artian mengistirahatkan otak, dan manajemen ide lewat papan pin akan membantu untuk pemecahannya. Secara dasar, menjaga keseimbangan cairan tubuh dan aliran oksigen ke otak adalah kunci konsentrasi.

Meski saya menghargai penemuan sains, saya masih terheran-heran dengan orang yang coba menyaingi kemampuan otak manusia dengan alat sejenis komputer super.

Seorang penulis, arsitek, dan direktur utama perusahaan global memiliki cara kerja otak yang sama meski bidangnya berbeda-beda. Beberapa pekerjaan memang memerlukan kerja otak yang fokus dan tidak terdistraksi dengan hal "remeh-temeh" yang bisa mengganggu kinerjanya. Mungkin pekerjaan ringan seperti membersihkan lantai toko atau menghilangkan debu dari dasbor mobil tidak memerlukan banyak kerja sel otak, akan tetapi tetap saja itu tidak bisa dilakukan dengan kerja otak di bawah rata-rata. 
Meski beberapa fakta sains menyebutkan bahwa otak manusia normal rata-rata hanya bisa melakukan maksimal 2 (dua) kegiatan sadar dalam satu waktu, saya beranggapan  bahwa ada manusia-manusia di luar sana yang masih coba melampaui, setidak-tidaknya mengukur, kemampuan otaknya sendiri. Sementara seorang penulis, amatir maupun profesional, mesti punya tekniknya sendiri untuk mengelola ruang brankas otak agar tetap berfungsi maksimal. 

Begitulah cara kerja otak. Bekerja agar manusia, saya dan kalian, mau berkreasi lebih banyak dan mencoba mendekati batas terjauh kemampuan kita sebagai makhluk paling cerdas di muka bumi.

*
-------------------------------
Ilustrasi: io9.com.




3 Komentar
Tweet
Komentar FB

3 comments | Baca dan Komentari

  1. kemampuan otak manusia juga mungkin tidak bisa disamakan, mengingat profesi dan ketertarikan setiap orang juga beda? bgaimana dengan hal itu fan?

    ReplyDelete
    Replies
    1. oh iya tentu saja tidak bisa disamakan.
      respon terhadap sesuatu beda2 di setiap orang, tergantung tingkat kesehatan otaknya, kondisi dasar mental, dan suasana hati.

      coba kita tanya The Doctors :D

      Delete
  2. http://www.youtube.com/watch?v=X0fO9MU1pdg

    ReplyDelete

Baca juga:

Memuat ...

Lingkar baca

Linikala

- Copyright © BUKU FANDY - Hak cipta dilindungi Undang-undang. - Desain Blogger oleh Johanes Djogan -